Deptamedia.com, Pati-Tidak disadari banyak orang karena fokus memikirkan keuntungan semata dengan dalih mensejahterakan masyarakat, tanpa memikirkan dampak lingkungan yang bakal terjadi akibat ulah yang mereka kerjakan dengan merusak hutan, menebang pohon semena-mena tanpa aturan, atau merubah fungsi hutan dari tanaman keras menjadi tanaman pertanian atau juga hutan dijadikan lahan pemukiman.
hal ini akan menjadi sumber bencana, sumber malapetaka bagi kehidupan. Bukan hanya manusia yang terancam, namun juga ekosistem makhluk hidup lain akan terancam hal tersebut karena Hutan merupakan ekosistem kompleks yang berpengaruh pada hampir setiap spesies yang ada di bumi. akibatnya dampak buruk yang terjadi seperti Banjir dan Tanah longsor.
Sebab, kondisi tersebut diduga salah satu penyebab terjadinya banjir di Bumi Mina Tani setiap tahun. Wakil Ketua DPRD Kabupaten Pati Hardi mengatakan, selain curah hujan yang tinggi, hutan gundul merupakan jadi faktor utama terjadinya banjir tahunan di Pati. Selain itu, embung yang berfungsi sebagai penampung air hujan jumlahnya sangat kurang.
“Ya penyebabnya ini banyak pohon di hutan ditebangi. Ini hutannya gundul nggak ada tanaman yang gede-gede itu. Habislah pokoknya. Jati habis, mahoni habis itu penyebabnya,” terangnya. Oleh karena itu, Hardi mengharapkan pemerintah memperhatikan hal tersebut.
Pemerintah harus melakukan reboisasi. Selain itu, juga ada penambahan embung di Pati. Supaya potensi banjir berkurang.“Pertama harus mereboisasi. Penanaman hutan kembali. Mencegah penebangan liar. Seolah-olah ini tidak terurusi. Reboisasi penting agar hutan tetap lestari. Cegah tindak penebangan secara liar. Di daerah Kayen, Sukolilo, Tambakromo itu hampir merata,” ungkapnya.
Sementara itu, aktivis lingkungan Aziz Wisanggeni mengungkapkan, persoalan banjir di Pati ini ada di hulu, bukan di hilir, dan juga bukan karena curah hujan yang tinggi. Menurutnya, hutan yang seharusnya menjadi resapan air ini tidak bisa berfungsi dengan maksimal.